MODEL-MODEL
PEMBELAJARAN
A. Hakikat Model Pembelajaran
Model-model
pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori
pengetahuan. Para ahli menyusun model
pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori
psikologis , sosiologis, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung
(Joyce & Weil: 1980). Joyce & Weil mempelajari model-model pembelajaran
berdasarkan teori belajar yang dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran.
Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran yang diharapkan. Joyce
& Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola
yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di
kelas atau yang lain (Joyce & Weil, 1980:1). Model pembelajaran dapat
dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang
sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Secara rinci tentang
model-model pembelajaran ini akan dibahas di bagian akhir setelah pendekatan
pembelajaran.
B. Kelompok dan Jenis-jenis Model
Pembelajaran
1.
Model Pembelajaran Berdasarkan Teori
a. Model
Interaksi Sosial
Model
ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field
theory). Model Interaksi Sosial menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dengan
masyarakat (learning to life together).
b. Model
Pemprosesan Informasi
Model ini berdasatkan teori belajar
kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi
yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan Informasi merujuk pada cara
mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan mengoganisasi data, memecahkan
masalah, menemukan konsep dan menggunakan simbol vebal dan visual. Teori
pemrosesan informasi/ kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985). Asumsinya
adalah pembelaran merupakan faktor yang sangat penting.
c. Model
Personal (personal models)
Model ini bertitik tolak dari teori
humanistik, yaitu berorientasi terhadap pengembangan dari individu. Perhatian
utamanya pada emosional siswa untuk mengembangkan hubungan yang produktif
dengan lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi siswa yang mampu membentuk
hubungan yang harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif. Model
ini juga berorientasi pada individu dan perkembangan keakuan.
d. Model
Modifikasi Tingkah Laku
Model ini bertitik tolak dari teori
belajar behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk
mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara
memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini lebih menekankan pada aspek
perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tidak dapat diamati.
Karakteristik model ini adalah dalam hal penjabaran tugas-tugas dipelajari
siswa lebih efisien dan berurutan.
2.
Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran
kontekstual (contextual teching and
learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2002).
3.
Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperatif
learnig) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari
empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang besifat heterogen. Ada beberapa variasi jenis
model dalam pembelajaran kooperatif. Jenis model tersebut adalah sebagai
berikut.
a. Model
Student
Teams Achievement Division (STAD)
Model ini dikembangkan oleh Robert
Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Dalam model ini siswa
dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis
kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam
kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran
tersebut.
b. Model
Jigsaw
Model ini dikembangkan dan diuji coba
oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Taxas. Arti Jigsaw dalam
bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutkannya dengan
istilah puzzel yaitu sebuah teka-teki
menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif dengan model Jigsaw ini
mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag),
yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama
dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
c. Investigasi
Kelompok (Group Investigation)
Strategi belajar kooperatif GI
dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yeal Sharan di Universitas Tel Aviv,
Israel. Secara umum perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan
teknik kooperatif GI adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan
beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilihsubtopik dari keseluruhan
unit materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan dan kemudian membuat dan
menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan
atau memamerkan laporannya kepada seluruh kelas, untuk berbagi dan saling tukar
informasi temuan mereka.
d. Model
Make a Match (Membuat Pasangan)
Model ini merupakan salah satu jenis
metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran
(1994). Penerapan metode ini dimulai dengan teknik, yaitu siswa disuruh mencari
pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang
dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
e. Model
TGT (Teams Games Tournaments)
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang
beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan
suku taka dan ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam
kelompok meraka masing-masing.
4.
Model Pembelajaran berbasis Masalah
(PBM)
Tan (2003) menyatakan, Pembelajaran
Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM
kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja
kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan,
mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara
berkesinambungan.
5.
Model Pembelajaran Tematik
Model pembelajarran tematik adalah
model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan
beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna pada siswa.
Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami
konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Fokus perhatian
dalam pembelajaran tematik terletak pada proses yang ditempuh siswa saat
berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan
yang harus dikembangkannya.
6.
Model PAKEM (Partisipatif, Aktif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan)
PAKEM merupakan model pembelajaran
dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM, diharapkan berkembangnya
berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Pembelajaran merupakan implementasi
kurikulum di sekolah dari kurikulum yang sudah dirancang dan menurut aktivitas
guru dan siswa sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan secara efektif dan
menyenangkan. Ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Brooks bahwa “pembaruan
dalam pendidikan harus dimulai dari ‘bagaimana anak belajar’ dan ‘bagaimana
guru mengajar’, bukan dari ketentuan-ketentuan hasil”.
7.
Model Pembelajaran Berbasis Web (E-Learning)
Pembelajaran berbasis web yang
populer dengan sebutan Web-Based
Education (WBE) atau kadang disebut E-Learning
(Electronic Learning) dapat
didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia pembelajaran untuk
sebuah proses pendidikan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semua
pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan teknologi internet dan selama proses
belajar dirasakan terjadi oleh yang mengikutinya, maka kegiatan itu dapat
disebut sebagai pembelajaran berbasis web.
Kemudian, yang ditawarkan oleh
teknologi ini adalah kecepatan dan tidak terbatasnya tempat dan waktu untuk
mengakses informasi. Kegiatan belajar dapat dengan mudah dilakukan oleh peserta
didik kapan saja dan dimana saja dirasakan aman oleh peserta didik tersebut.
Batas ruang, jarak dan waktu tidak lagi menjadi masalah yang rumit untuk
dipecahkan.