Selamat Datang

Rabu, 08 Mei 2013


MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

A. Hakikat Model Pembelajaran

Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Para ahli menyusun model  pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-teori psikologis , sosiologis, analisis sistem, atau teori-teori lain yang mendukung (Joyce & Weil: 1980). Joyce & Weil mempelajari model-model pembelajaran berdasarkan teori belajar yang dikelompokkan menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran yang diharapkan. Joyce & Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain (Joyce & Weil, 1980:1). Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Secara rinci tentang model-model pembelajaran ini akan dibahas di bagian akhir setelah pendekatan pembelajaran.

B.  Kelompok dan Jenis-jenis Model Pembelajaran

1.      Model Pembelajaran Berdasarkan Teori

a.      Model Interaksi Sosial
Model ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field theory). Model Interaksi Sosial menitikberatkan  hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat (learning to life together).
b.      Model Pemprosesan Informasi
Model ini berdasatkan teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan Informasi merujuk pada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan mengoganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep dan menggunakan simbol vebal dan visual. Teori pemrosesan informasi/ kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985). Asumsinya adalah pembelaran merupakan faktor yang sangat penting.
c.      Model Personal (personal models)
Model ini bertitik tolak dari teori humanistik, yaitu berorientasi terhadap pengembangan dari individu. Perhatian utamanya pada emosional siswa untuk mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi siswa yang mampu membentuk hubungan yang harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif. Model ini juga berorientasi pada individu dan perkembangan keakuan.
d.      Model Modifikasi Tingkah Laku
Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tidak dapat diamati. Karakteristik model ini adalah dalam hal penjabaran tugas-tugas dipelajari siswa lebih efisien dan berurutan.

2.      Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (contextual teching and learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2002).

3.      Model Pembelajaran Kooperatif
            Pembelajaran kooperatif (cooperatif learnig) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang besifat heterogen. Ada beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif. Jenis model tersebut adalah sebagai berikut.
a.      Model Student  Teams Achievement Division (STAD)
Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Dalam model ini siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut.
b.      Model Jigsaw
Model ini dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Taxas. Arti Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutkannya dengan istilah puzzel yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran kooperatif dengan model Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
c.      Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Strategi belajar kooperatif GI dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yeal Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel. Secara umum perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik kooperatif GI adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilihsubtopik dari keseluruhan unit materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan dan kemudian membuat dan menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan atau memamerkan laporannya kepada seluruh kelas, untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka.
d.      Model Make a Match (Membuat Pasangan)
Model ini merupakan salah satu jenis metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Penerapan metode ini dimulai dengan teknik, yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
e.      Model TGT (Teams Games Tournaments)
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku taka dan ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok meraka masing-masing.
4.      Model Pembelajaran berbasis Masalah (PBM)
            Tan (2003) menyatakan, Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.
5.      Model Pembelajaran Tematik
            Model pembelajarran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna pada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Fokus perhatian dalam pembelajaran tematik terletak pada proses yang ditempuh siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya.

6.      Model PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, Efektif,  dan Menyenangkan)
            PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM, diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
            Pembelajaran merupakan implementasi kurikulum di sekolah dari kurikulum yang sudah dirancang dan menurut aktivitas guru dan siswa sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan secara efektif dan menyenangkan. Ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Brooks bahwa “pembaruan dalam pendidikan harus dimulai dari ‘bagaimana anak belajar’ dan ‘bagaimana guru mengajar’, bukan dari ketentuan-ketentuan hasil”.
7.      Model Pembelajaran Berbasis Web (E-Learning)
            Pembelajaran berbasis web yang populer dengan sebutan Web-Based Education (WBE) atau kadang disebut E-Learning (Electronic Learning) dapat didefinisikan sebagai aplikasi teknologi web dalam dunia pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semua pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan teknologi internet dan selama proses belajar dirasakan terjadi oleh yang mengikutinya, maka kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis web.
            Kemudian, yang ditawarkan oleh teknologi ini adalah kecepatan dan tidak terbatasnya tempat dan waktu untuk mengakses informasi. Kegiatan belajar dapat dengan mudah dilakukan oleh peserta didik kapan saja dan dimana saja dirasakan aman oleh peserta didik tersebut. Batas ruang, jarak dan waktu tidak lagi menjadi masalah yang rumit untuk dipecahkan.